Bantu Usaha Warga, Dosen UKI Olah Sekam Padi Jadi Paving Block

Bantu Usaha Warga, Dosen UKI Olah Sekam Padi Jadi Paving Block

Terkini | sindonews | Sabtu, 21 September 2024 - 12:35
share

Tim dosen dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang tergabung dalam Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) UKI berhasil melakukan Pengembangan Usaha Mandiri Masyarakat Desa Srimahi Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi.

PKM tim dosen UKI kali ini dilakukan dengan pemanfaatan limbah sekam padi sebagai campuran beton paving block dan batako dengan menciptakan alat pembakar sekam padi yang hasilnya digunakan sebagai bahan campuran pembuatan paving block dan batako. Kegiatan PkM ini dapat terwujud berkat bantuan dana hibah program Pengabdian kepada Masyarakat tahun 2024 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).

Adapun dosen yang tergabung dalam tim ini berasal dari kolaborasi lintas program studi di UKI yang diketuai oleh Sudarno P. Tampubolon dari Program Studi Teknik Sipil dengan beranggotakan Margareta Maria Sudarwani dari Program Studi Arsitektur, dan Formas Juitan Lase dari Program Studi Ilmu Komunikasi.

Baca juga:Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen IndonesiaSudarno mengatakan pembuatan mesin ini sebagai upaya mengurangi limbah sekam padi di Desa Srimahi sekaligus dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi.

“Ide awalnya muncul saat mengunjungi Desa Srimahi ditemukan bahwa adanya tumpukan sekam padi di beberapa tempat penggilingan padi yang hanya di timbun, di jual sebagai bahan tambah kompos, dan dibakar, yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal fungsi dari limbah sekam padi tersebut” ungkapnya, Kamis (19/9/2024)

Padahal sekam padi, menurut Sudarno memiliki potensi manfaat yang sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. “Harga jualnya pun sangat rendah berkisar antara Rp2.000 hingga Rp5.000 per karung. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya nilai ekonomis limbah sekam padi tersebut.”lanjutnya

Melalui riset lanjutan, Sudarno bersama tim PKM menemukan bahwa abu hasil pembakaran sekam padi dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan paving block dan batako.

Berkat penemuan ini mendorong mereka untuk menciptakan alat pembakar khusus yang mengubah sekam padi menjadi abu sekam padi berkualitas tinggi. Dengan mencampurkan abu sekam padi ini ke dalam desain pembuatan paving block dan batako, tim PKM berhasil menciptakan produk bangunan yang memiliki nilai jual tinggi.

Produk-produk ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat digunakan untuk segala keperluan, mulai dari area parkir hingga pembangunan rumah diman hasilnya di prediksi berada pada Beton Mutu B dan C (12,5-20 MPa), akan tetapi dapat juga dinaikkan nantinya sampai dengan Beton Mutu A .

Selain kolaborasi antar prodi, tim PKM juga menjalin mitra kerja sama dengan Zaracon Group Raja Block, sebuah usaha yang bergerak dibidang produsen pembuatan paving block dan batako.

Mitra ini memberikan dukungan tambahan dalam mewujudkan kegiatan PkM ini, mulai dari proses sosialisasi, pelatihan, sampai dengan pencetakan paving block dan batako yang diadakan langsung di lokasi usaha Zaracon Group Raja Block.

Alat ini ke depannya diharapkan akan digunakani untuk keberlangsungan dalam proses pengembangan usaha dengan pemanfaatan limbah sekam padi dalam pembuatan paving block dan batako pada mitra tersebut. Kemitraan ini juga memperkuat potensi implementasi dan keberlanjutan inovasi di lapangan.

Dibalik kesuksesan pembuatan mesin tersebut, terdapat beberapa mahasiswa UKI yang ikut serta bergabung dalam tim, antara lain Benny Tri Nataldo, Charly David Hutagalung dan Desma Sari.

Keikutsertaan tiga mahasiswa tersebut membuktikan bahwa mahasiswa juga dapat berkontribusi dalam bertukar ide dan pikiran sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan di industri.

Sudarno Tampubolon menambahkan, selama proses pembuatan alat sekam padi, timnya menghadapi beberapa tantangan menarik. Kendala yang dialami seperti keterbatasan waktu, mengingat jarak antara pengumuman hibah dan tenggat waktu pengerjaan yang relatif singkat."Proses pembuatan alat ini tidak semudah yang dibayangkan," ucap Sudarno.

Menurut Sudarno tantangan lain yang dihadapi tim adalah optimalisasi waktu proses pembakaran yang memakan waktu sekitar 6 hingga 8 jam. "Ke depannya, peningkatan kualitas alat pasti akan membutuhkan biaya dan daya listrik yang cukup besar," tambah Sudarno.

Tantangan lain yang dihadapi oleh tim PKM yaitu tantangan finansial akibat keterlambatan pencairan dana dari Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek). Situasi sulit ini mengharuskan tim untuk menggunakan dana cadangan untuk melanjutkan proyek tersebut.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, tim PKM tetap optimis. "Kami akan terus berupaya mencapai target tersebut," katanya.Tim PKM selama ini telah melalui proses seleksi yang ketat untuk memperoleh hibah pendanaan ini. Berkat kerja keras, mereka dapat meraih pendanaan dan melalui semua hal ini dengan baik, tetapi bukan berarti mereka mengalami proses yang lancar saja, melainkan mereka juga menghadapi beberapa tantangan./ MG/Bramcov Stivens Situmeang

Topik Menarik